Dispepsia

Dispepsia

Dispepsia stilah dispepsia (Yunani “dys” berarti buruk, “pepsis” berarti pencernaan) digunakan sebagai gejala lokal dari area epigastrik (antara pusar dan ulu hati) dan sisi perut.

 

Klasifikasi Dispepsia

Dispepsia dibagi menjadi 2 kategori yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional.

1.    Dispepsia organik adalah ketika pemeriksaan klinis dan laboratorium dapat mengidentifikasi penyakit organik yang mendasar yang menjadi penyebab gejala. Misalnya tukak lambung, GERD, kanker pada saluran pencernaan, dan penyakit celiac yang apabila diendoskopi dapat ditemukan radang hingga luka pada lambung dan usus atau kanker pada lambung atau esofagus.

2.    Dispepsia fungsional adalah ketika adanya gejala yang menetap atau berulang selama lebih dari 3 bulan dalam 6 bulan terakhir dan tidak ada kelainan organik yang diidentifikasi oleh diagnostik pemeriksaan, termasuk gastroskopi dan bila tidak jelas penyebab spesifik dari gejala yang telah ditemukan.

Klasifikasi Dispepsia Fungsional

      Sindroma Nyeri Epigastrik berkaitan dengan adanya rasa nyeri pada ulu hati atau rasa terbakar pada ulu hati

      Sindroma Postprandial Distress berkaitan dengan adanya kehilangan nafsu makan, rasa kepenuhan dan cepat kenyang setelah makan, mual, muntah dan kembung

Epidemiologi

Dispepsia fungsional lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan spesifik jenis kelamin dalam fungsi pencernaan. Misalnya dalam mekanisme hormon, sinyal nyeri dan dalam menjaga kesehatan.

Gejala Klinis

      Perut kembung

      Perut terasa banyak gas

      Mulas atau rasa terbakar di perut

      Diare

Gejala Yang Mengkhawatirkan dan Perlu Diwaspadai

      Penurunan berat badan

      Disfagia atau sulit makan yang progresif

      Muntah terus-menerus yang menetap dan membutuhkan evaluasi endoskopi

      Perdarahan saluran pencernaan

      Anemia

      Demam

      Ada massa/teraba benjolan di perut bagian atas

      Memiliki gejala dispepsia di saat usia lebih dari 45 tahun yang sebelumnya tidak memiliki gejala dispepsia

Pengobatan

Tujuan terapi adalah mengontrol gejala. Awal terapi dengan menjelaskan diagnosis dan mendiskusikan harapan dalam terapi.

Pengobatan Dispepsia Organik

Apabila terdapat kerusakan pada lapisan organ pencernaan pada endoskopi maka pengobatan berdasarkan kelainan yang ditemukan. Misalnya gastritis, perdarahan pada gastritis, duodenitis, tukak lambung, tukak duodenum, atau penyakit keganasan. Pada tukak lambung bisa diberikan kombinasi PPI seperti rabeprazole 2x20mg atau lansoprazole 2x30mg dan pelindung lapisan organ pencernaan seperti rebamipid 3x100mg.

Pengobatan Dispepsia Fungsional

Apabila tidak terdapat kerusakan pada lapisan organ pencernaan, bisa diberikan pengobatan berupa penggunaan prokinetik. Hal ini berkaitan dengan pengosongan lambung yang lama sebagai salah satu penyebab pada dispepsia fungsional.

1.    Eradikasi H. Pylori

Direkomendasikan sebagai terapi pertama pada dispepsia fungsional karena dapat mengurangi gejala dan menurunkan risiko tukak lambung dan kanker lambung.

2.    Penghambat Pompa Proton (PPI)

Diberikan selama 4 sampai 8 minggu dengan uji negatif untuk H. Pylori dan memiliki gejala menetap selama 4 minggu setelah uji antigen pada tinja, uji napas urea atau endoskopi untuk H. Pylori. Apabila gejala berkurang dengan pemberian PPI, PPI dapat dihentikan setiap 6-12 bulan untuk mengurangi risiko berkepanjangan dari terapi.

3.    Antagonis reseptor H2 (H2RA)

Obat yang dapat mengurangi sekresi asam lambung pada tukak lambung dan GERD.

4.    Prokinetik

Jika terapi lainnya gagal maka dapat diberikan terapi ini selama 4-8 minggu dan dapat diulang apabila gejala berulang.

5.    Antidepresan

Pada pasien yang gejalanya tidak dapat disembuhkan dengan terapi PPI selama 8 minggu pertama, disarankan menggunakan antidepresan trisiklik (TCA). Apabila sebagian respon terhadap PPI, TCA mungkin dapat dikombinasikan pemberiannya dengan PPI.

 

Pencegahan

1.    Mengubah pola makan dengan menghindari minuman alkohol, minuman soda, kopi, makanan asam, pedas, berlemak atau berminyak

2.    Makan lima atau enam porsi kecil dalam sehari bukan tiga kali makan besar

3.    Menghindari obat pereda nyeri tertentu seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen sodium

4.    Mengontrol stres dan kecemasan

 

Kapan harus ke dokter?

Dispepsia dapat sembuh apabila menyadari gejala sejak dini lalu memeriksakan diri ke dokter penyakit dalam agar mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang adekuat. Sahabat Murni Teguh bisa mendatangi dokter kami dan membuat janji temu dengan dokter spesialis penyakit dalam kami di Murni Teguh Hospital terdekat.

Referensi:

1.    The Diagnosis and Treatment of Functional Dyspepsia https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5938438/ diakses 6 September 2023

2.    Functional Dyspepsia https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554563/ diakses 6 September 2023

3.    Dyspepsia: organic versus functional https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22327302/ diakses 8 September 2023

4.    Indigestion (Dyspepsia). https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/indigestion-dyspepsia#:~:text=You%20can%20help%20prevent%20indigestion%20by%20changing%20your%20diet.,%2C%20fatty%2C%20or%20greasy%20foods. diakses 8 September 2023

5.    Indigestion. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/indigestion/diagnosis-treatment/drc-20352215 diakses 8 September 2023

6.    National Consensus on Management of Dyspepsia and Helicobacter pylori Infection https://www.actamedindones.org/index.php/ijim/article/download/594/261 diakses 8 September 2023

7.    Histamine H2 antagonists for functional dyspepsia. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6882590/ diakses 8 September 2023